Sabtu, 14 April 2012

Relevansi Sarjana dan Menjadi Pengusaha


Dalam beberapa kesempatan, banyak kalangan akademisi, motivator, bahkan pejabat Negara Republik Indonesia ini yang menyarankan, menghimbau, mendorong agar para lulusan sarjana dapat menjadi entrepreneurship muda yang sukses. Ya minimal tidak menambah beban Negara dan orang tua. Karena sungguh sangat menyesakkan menjadi seorang pengangguran. Sudahlah di biayai dari kecil sampai dewasa, eh malah sudah dewasa masih saja menyusahkan orang lain. Dan saya yakin tidak ada orangpun di dunia ini yang mau bernasib seperti itu. Hanya terkadang peluang kesempatan, latar belakang pendidikan, etos kerja serta keadaan lain yang belum berpihak sehingga ujungnya adalah nasib jelek yang di persalahkan.
Dengan semakin sempitnya kesempatan kerja yang tersedia, salah satu upaya pemerintah untuk mengejar ketertinggalan ekonomi dengan Negara-negara yang lain adalah memacu masyarakatnya untuk giat menjadi pengusaha. Melakukan usaha mandiri apa saja yang penting tidak tergantung kepada kuota lowongan pekerjaan yang di tawarkan perusahaan-perusahaan. Data menunjukkan bahwa jumlah pengusaha yang ada di Negara ini tidak lebih dari 10% jumlah penduduknya. Bila di lihat dari kekayaan sumber daya alam Indonesia yang dapat di olah, sungguh sangat ironis dan menimbulkan pertanyaan. Dari rumput, pohon, daun, batu, pasir, tanah, enceng gondok saja dapat di tingkatkan nilai ekonomisnya dan di jadikan usaha, kok yang mampu menjadi pengusaha sangat sedikit sekali.
Secara harfiah, pengusaha secara sederhana dapat di katakan sebagai orang yang berusaha. Tentunya yang spesifik dalam usaha ekonomi.  Saya tidak mengetahui apakah mbok-mbok bakul yang berjualan dagangannya di pasar-pasar, ibu-ibu yang membuka warung di pinggir jalan, bapak-bapak penderes aren atau apapun saja profesi yang menggerakkan sector ekonomi mikro juga di sebut sebagai pengusaha. Indikator pengusaha itu apa. Waallahualam. Itu masih menjadi misteri di kepala saya. Karena bila di katakan yang di katakan pengusaha itu yang harus punya NPWP, punya ijin usaha, memiliki badan usaha PT, CV, Persero atau apapun, sesungguhnya telah mengkhianati makna kata pengusaha itu sendiri.

Jumat, 06 April 2012

Sebagai salah seorang pelaku pemberdayaan saya banyak menemui bahwa peran-peran strategis di Desa tidak berlangsung secara optimal seperti yang di amanatkan oleh program. Bukan berarti semua Desa pelakunya tidak optimal, namun dari kacamata pengalaman saya, hampir rata-rata pelaku di Desa terkadang terpusat hanya kepada orang-orang itu saja. Meskipun dalam PNPM, telah terbentuk pelaku-pelaku yang di syahkan pada saat Musyawarah Desa (MD), namun kualitas yang di harapkan belum dapat dikataka menggembirakan.
Salah satu peran pelaku yang selama ini di pandang penting namun terlupakan adalah KPMD. Kader Desa yang di bentuk PNPM yang mengemban tugas dalam hal memfasilitasi segala mediasi, konsultasi, evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan PNPM di desa tersebut dengan supervise dari Fasilitator Kecamatan. Singkat kata KPMD adalah pengendali pelaksanaan program di Desa untuk memastikan bahwa kegiatan program berjalan sesuai dengan prinsip dan prosedur PNPM, meskipun dalam beberapa hal kewenangannya di batasi. Yaitu hanya dalam soal pencairan dana proyek PNPM saja tidak memerlukan KPMD. Karena pencariran dana mutlak di sertifikasi langsung oleh Fasilitator. Meskipun tidak di larang apabila KPMD memberikan rekomendasi kepada Fasiliator kaitanya dengan pelaksanaan kegiatan desa.

Menggugat Teori Kebutuhan Maslow

Awalnya dulu saya tidak begitu perduli dengan teori-teori akademis yang berkembang untuk mempelajari perilaku manusia. Karena perilaku manusia sangat sulit untuk kita rumuskan karena begitu banyak mengandung probabilitas. Meskipun kita telah mengumpulkan data, meneliti sampai detail dari berbagai macam sudut pandang ilmiah, membandingkan teori ini dan teori itu namun kesimpulan akhirnya adalah bahwa manusia itu sulit di tebak. Tidak heran maka muncul beberapa ungkapan seperti “dalamnya laut dapat di ukur, hati orang siapa yang tahu” dan ada juga “rambut sama hitam, hati orang siapa yang tahu” dan masih banyak lagi. Tinggal anda cari sendiri, dan bahkan mungkin dapat anda ciptakan sendiri.

Dari latar belakang itulah maka saya sedikit ingin mempertanyakan teori kebutuhan yang di perkenalkan oleh Abraham Maslow. Bukan berarti saya lebih pintar dari beliaunya. Dan bukan berarti saya memiliki teori yang melebihi teorinya. Namun ini hanya sebuah tangkapan atas pandangan-pandangan pribadi saya. Dan tidak bisa di pastikan bahwa saya juga benar seratus persen. Silahkan di koreksi bila ada yang salah.
Teori maslow merupakan salah satu penjabaran untuk mempelajari tentang perilaku  manusia untuk mencapai kebutuhannya. Gagasan kebutuhan manusia itu di jabarkan dalam piramida 5 tingkat. Yang pertama atau  tingkat paling bawah adalah kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Yaitu bahwa manusia harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini di pandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi karena  apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi keadaan yang sangat ekstrim yang menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Pabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).

Kamis, 05 April 2012

Metamorfosa Blog : Sebuah Pilihan Konsep

Ketika kita hidup tentu akan selalu di hadapkan oleh sebuah pilihan-pilhan. Terkadang pilihan tersebut berat untuk diputuskan, karena penuh dengan pertimbangan argumentasi yang latar belakangnya bisa bermacam dan tentu beda antara satu dengan yang lainnya. Intinya bila kita ingin terus hidup, ya harus dapat menentukan pilihan-pilihan yang mudah-mudahan menjadi pilihan yang terbaik untuk kita.
Begitupun dengan blog ini. Ketika pertama saya membuat blog, mungkin karena iseng saja ataupun juga karena latah atau ikut-ikutan trend mode saja. Dengan awalnya membuat konsep di dalam blog ini merupakan blog gado-gado yang berisi bermacam-macam informasi-informasi atau apapun saja yang layak “di jual” di Internet. Terkadang banyak posting yang tidak konsisten, namun motivasinya adalah hanya sebatas menaikkan rank blog saja. Sehingga terdapat beberapa postingan yang terkesan hanya untuk memenuhi blog saja.

Selasa, 03 April 2012