Kamis, 21 Oktober 2021

Kereta Cepat Di Kritik? Indonesia Bakal Jadi Negara Pertama di ASEAN Punya Kereta Cepat

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung saat ini menuai kontroversi di tengah berbagai persoalan. Mulai dari soal pembengkakan biaya hingga berbagai persoalan yang menghadang.

Pembengkakan biaya yang terjadi diprediksi dalam rentang US$ 1,3 Miliar sampai US$ 1,6 miliar atau setara Rp 18,3 triliun sampai Rp 22,5 triliun dengan kurs Rp 14.100 per 1 US$. Awalnya proyek ini dipatok senilai US$ 6,07 miliar, namun karena keterlambatan penyelesaian diperkirakan biaya proyek bengkak mencapai US$ 7,9 miliar atau Rp 113,1 triliun.

Presiden Joko Widodo lantas membentuk Komite Kereta Cepat Jakarta - Bandung (KCJB) untuk menyelesaikan proyek ini. Bahkan menunjuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan sebagai ketua.

Melalui Peraturan Presiden (Perpres) 93 Tahun 2021, pemerintah pun turun tangan untuk membantu pembiayaan proyek. Dana yang saat ini sudah dikantongi KCIC sebesar Rp 4,3 triliun, yang akan digunakan untuk menyetor modal awal proyek tersebut.

Proyek ini sendiri ditargetkan beroperasi komersial pada akhir 2022. Namun, proyek ini harus sudah bisa melakukan uji coba pada November tahun depan.

Kereta Cepat Jakarta-Bandung diprediksi bakal membawa banyak manfaat bagi sektor perekonomian. Meningkatkan daya saing Indonesia di mata global adalah salah satunya. Direktur Riset Center of Reform on Economics Indonesia Piter Abdullah mengatakan ada banyak pembangunan infrastruktur baru yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

Manfaat terbesar dari pembangunan itu justru baru akan dirasakan masyarakat lama setelah proyek rampung dan beroperasi. 

"Infrastruktur itu salah satu syarat untuk kita membangun daya saing. Dengan adanya kereta cepat, seperti juga jalan tol, maka ada kemudahan yang bisa berdampak baik untuk ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," ujar Piter. 

Piter mengatakan bahwa dengan harga tiket antara Rp 250.000 sampai Rp 350.000 dan perjalanan sekitar 30 menit sampai dengan 40 menit, layanan ini akan meningkatkan efisiensi investor dan pelaku usaha. Menurut dia, proyek ini memang digagas untuk meningkatkan efisiensi bisnis.

“Hal itu tercermin dari dipindahkannya stasiun terakhir yang awalnya berada di Tegalluar ke Stasiun Padalarang,” tambah Piter. 

Nantinya, PT Kereta Api Indonesia akan menyiapkan kereta penghubung antara Stasiun Padalarang ke Stasiun Bandung, sehingga penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung tak perlu bermacet-macetan menuju pusat Kota Kembang.

Selain itu, kereta cepat juga akan diintegrasikan dengan LRT di Stasiun Halim.

Di mana nantinya melalui stasiun ini kereta cepat akan membuka koridor hunian baru, seperti di Karawang, untuk kaum millenial yang perlu perumahan murah namun dengan akses yang bagus ke pusat kota.

Selain itu, kereta cepat Jakarta-Bandung juga menjadi ikon kebanggaan Indonesia karena menjadi yang pertama di kawasan Asia Tenggara, yang secara tidak langsung menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.

“Banyak pembangunan infrastruktur baru yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Manfaat dari pembangunan itu, dirasakan masyarakat setelah beberapa lama dibangun dan dioperasikan,” katanya.

Masifnya pembangunan infrastruktur suatu negara akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebab, serapan tenaga kerja tercipta saat proyek berlangsung, hingga penggunaan infrastruktur itu pada akhirnya bisa meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

Manfaat pembangunan infrastruktur itu, termasuk juga dalam pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Meski pun, dampaknya memang tidak serta merta langsung terasa.

Saat ini banyak pembangunan infrastruktur baru yang digencarkan Pemerintah, tapi manfaatnya belum bisa dirasakan secara langsung. Namun, tanpa disadari, infrastruktur itu akan sangat bermanfaat di masa depan. 

Proyek transportasi publik memang dibutuhkan untuk memperlancar arus pergerakan manusia atau barang. Semakin besarnya perekonomian suatu negara, semakin besar pula kebutuhan transportasi yang terpadu.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memastikan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan menjadi ajang transfer pengetahuan dan teknologi bagi sumber daya manusia di bidang konstruksi dalam negeri.

Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, Sejak awal pembangunan, proyek KCJB membawa banyak teknologi dan metode-metode baru di bidang konstruksi. Hal ini otomatis akan memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi perencana pembangunan maupun pelaksana untuk perancangan metode kerja di proyek di Indonesia selanjutnya.

Salah satu transfer teknologi dan pengetahuan yang terjadi dari China ke Indonesia melalui proyek KCJB adalah penerapan metode Cast in Situ untuk full span girder.

Menurut Dwiyana, meski metode Cast in Situ adalah metode yang telah diterapkan di Indonesia, namun Cast in Situ girder full span sekaligus seperti yang diterapkan di proyek infrastruktur darat ini adalah yang pertama di Indonesia.

Dwiyana memastikan bahwa metode Cast in Situ untuk full span girder sepanjang 32 meter ini dilakukan sesuai dengan standar kualitas tinggi dan persyaratan desain struktur kereta cepat.

"Cast in Situ adalah metode cor ditempat langsung 1 span penuh. Metode Cast in Situ sendiri sudah sering dilakukan di Indonesia, namun biasanya tidak sekaligus. Yang sudah ada, misalnya dicor, dilakukan bertahap atau segmen per segmen (tidak sekaligus). Bisa dibayangkan, yang di proyek KCJB ini langsung jadi full 1 span, dengan panjang girder 32 meter. Sehingga ini yang membedakan dengan metode Cast in Situ yang sudah ada," ujarnya.

Dalam praktiknya, Wijaya Karya (WIKA) selaku kontraktor lokal dalam konsorsium kontraktor KCJB melakukan pengembangan dari pengalaman pada proyek-proyek sebelumnya serta menyerap teknologi dan metode konstruksi dari Casting Yard #1 DK28 Sinohydro.

Berbekal pengalaman dan serapan pengetahuan dari kontraktor China, Wijaya Karya melakukan pengembangan metode Cast in Situ untuk dapat dilaksanakan secara full span dan sekaligus. Kontraktor Wijaya Karya bertanggung jawab pada pembuatan 137 full span box girder di proyek KCJB.

Selain itu, menurut dia, alih pengetahuan juga terjadi pada proses Girder Erection dari masing-masing Casting Yard, yang merupakan tempat pembuatan girder box precast.

Meski serah terima teknologi tidak secara langsung, namun melalui pelibatan tenaga kerja lokal secara langsung, metode perencanaan dan kerja dari Proyek KCJB yang inovatif pun dapat dipelajari.

"Metode kerja inovatif pada proses Girder Erection di Proyek KCJB ini memberikan percontohan bagaimana pembangunan infrastruktur publik di jalur sibuk tetap dapat berjalan tanpa menghambat aktivitas masyarakat di sekitarnya," kata Dwiyana.

Selanjutnya, transfer teknologi juga terjadi dalam pengerjaan slab track, yaitu bantalan rel kereta yang berbentuk pelat yang berfungsi meneruskan beban dari atas secara merata.

Slab track atau bantalan rel yang digunakan dalam proyek KCJB ini berbeda dengan bantalan rel untuk kereta pada umumnya. Karena di cor beton, slab track ini tidak memerlukan bebatuan ballast di sepanjang rel dan minim perawatan.

Sama seperti pengerjaan dengan Cast in Situ, pengerjaan slab track untuk trase KCJB ini dilakukan dengan melibatkan langsung SDM Indonesia dari WIKA, setelah sebelumnya mendapat pengarahan dan training langsung dari SDM Tiongkok yang dimiliki oleh PT Sinohydro.






0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
Sumber: http://seociyus.blogspot.com/2013/02/cara-membuat-komentar-facebook-keren-di-blog.html#ixzz2VpFDRcvD Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Follow us: @SEOCiyus on Twitter

Posting Komentar