Mungkin juga sebuah pembenaran subjektif, kalau saya selalu bangun siang di
karenakan hampir setiap malam begadang sampai larut, yang jadinya waktu tidur
menjadi terdiskon besar-besaran. Bila standart jam tidur bagi orang dewasa
adalah 6-8 Jam, maka dengan kebiasaan “melek malam” itu membuat waktu tidur
saya menjadi hanya 3-4 Jam saja. Waktu
tidur yang di rasa kurang dari standart normal itu menyebabkan aktivitas di
siang hari menjadi tidak maksimal.
Meskipun standart normal tidur setiap orang juga berbeda-beda. Ada yang
memang tidur setidaknya minimal 6 jam. Atau bahkan ada juga yang hanya cukup 3
jam dan tidak mengganggu aktivitas kegiatannya. Emha Ainun Nadjib merupakan
salah satu orang yang menurut pengakuan beliau sendiri, menggunakan waktu
tidurnya hanya 3 Jam sehari. Beliau tidur setelah subuh dan bangun sebelum jam
8 pagi. Hal itu berlangsung secara terus menerus, sehingga lambat laun
membentuk kebiasaan. Namun hebatnya dengan jam tidur yang kurang dari waktu
normal itu, tidak menghambat pekerjaan beliau. Namun ada juga orang yang masih saja kurang tidur meskipun
sudah tidur minimal 7 Jam. Entah
capek dengan pekerjaan, tidak mempunyai kegiatan, malas beraktivitas atau
memang dasarnya adalah tukang tidur. Jadi meskipun dalam situasi apapun, tidur
merupakan hal utama untuk didahulukan.
Tidur merupakan rahmat Tuhan yang
sangat luar biasa. Di puncak kelelahan kita di beri ruang untuk men-charger
kembali untuk mengisi energi yang terlah terkuras agar kita dapat merasa
semangat kembali dalam menjalani rutinitas. Menemukan pola yang tepat untuk
tidur kita merupakan hal saya kira perlu di rumuskan dalam diri kita
masing-masing. Dengan tetap mempertimbangka kesehatan, agenda kegiatan, beban
pekerjaan dan lain sebagainya.
Karena tidur secara tidak langsung akan membentuk pribadi dan sikap kita.
Ambil contoh saja. Anda seorang yang penyabar dan selalu tidur tepat waktu.
Namun karena anda menyalahi pola tidur anda sendiri sehingga mengganggu tatanan
kosmos pribadi anda. Paginya anda beraktivitas dengan mata yang masih
mendambakan untuk terpejam, tapi karena tuntutan pekerjaan anda harus berangkat
kerja. Di dalam kantor anda masih merasa ingin tidur, dan mencari peluang untuk
dapat tidur kembali. Ketika peluang untuk tidur siang hampir anda dapatkan dan
ternyata tiba-tiba ada pekerjaan yang di bebanka kepada anda untuk segera di
selesaikan, maka tak ayal anda sendiri sudah bisa menebak jawabannya. Anda
pasti akan menjadi jengkel, marah ataupun misuh-misuh kepada diri anda sendiri.
Dan pekerjaan yang anda hasilkan tentu tidak maksimal, karena konsentrasi
pemikiran anda tidak 100% fokus pada pekerjaan anda tapi sebagian berfokus pada
mata anda. Anda yang di kenal cukup bersabar, dengan kondisi tersebut akan mengurangi
tingkat kesabaran dan bahkan mungkin sifat grusa-grusu (tidak sabar) anda akan
perlahan muncul. Bila sekali saja itu tidak masalah. Namun bila hal itu
berulang-ulang setiap hari, setiap minggu, setiap bulan ataupun tahun cap anda
sebagai seorang yang penyabar akan terkikis dan outputnya anda akan di cap
orang yang tidak sabaran, meskipun sebenarnya anda orang yang sabar.
Hal-hal kecil dalam hidup kita
mempengaruhi hal-hal besar dalam hidup kita. Anda tidak mungkin mencapai
sesuatu yang besar tanpa memulainya dari hal terkecil dalam hidup anda.
Gilang Prayoga